Diktum Fiksimini
Oleh Agus Noor
Oleh Agus Noor
Diktum Fiksimini 1:
Menceritakan seluas mungkin dunia, dengan seminim mungkin kata.
Menceritakan seluas mungkin dunia, dengan seminim mungkin kata.
Diktum Fiksimini 2:
Ibarat dalam tinju, fiksimini serupa satu pukulan yang telak dan menohok.
Ibarat dalam tinju, fiksimini serupa satu pukulan yang telak dan menohok.
Diktum Fiksimini 3:
Kisahnya ibarat lubang kunci, yang justru membuat kita bisa “mengintip” dunia secara berbeda.
Kisahnya ibarat lubang kunci, yang justru membuat kita bisa “mengintip” dunia secara berbeda.
Diktum Fiksimini 4:
Bila novel membangun dunia. Cerpen menata kepingan dunia. Fiksimini mengganggunya.
Bila novel membangun dunia. Cerpen menata kepingan dunia. Fiksimini mengganggunya.
Diktum Fiksimini 5 :
Fiksimini yang kuat ibarat granat yang meledak dalam kepala kita.
Fiksimini yang kuat ibarat granat yang meledak dalam kepala kita.
Diktum Fiksimini 6:
Ia bisa berupa kisah sederhana, diceritakan dengan sederhana, tetapi selalu terasa ada yang tidak sederhana di dalamnya.
Ia bisa berupa kisah sederhana, diceritakan dengan sederhana, tetapi selalu terasa ada yang tidak sederhana di dalamnya.
Diktum Fiksimini 7:
Alurnya seperti bayangan berkelebat, tetapi membuat kita terus teringat.
Alurnya seperti bayangan berkelebat, tetapi membuat kita terus teringat.
Diktum Fiksimini 8:
Serupa permata mungil yang membiaskan banyak cahaya, kita terus terpesona setiapkali membacanya.
Serupa permata mungil yang membiaskan banyak cahaya, kita terus terpesona setiapkali membacanya.
Diktum Fiksimini 9:
Seperti sebuah ciuman, fiksimini jangan terlalu sering diulang-ulang
Seperti sebuah ciuman, fiksimini jangan terlalu sering diulang-ulang
Diktum Fiksimini 10:
Bila puisi mengolah bahasa, fiksimini menyuling cerita, menyuling dunia.
Bila puisi mengolah bahasa, fiksimini menyuling cerita, menyuling dunia.
Diktum Fiksimini 11:
Ia tak semata membuat tawa. Karna ia adalah gema tawanya.
Ia tak semata membuat tawa. Karna ia adalah gema tawanya.
Diktum Fiksimini 12:
Kau kira fiksimini ialah kolam kecil, tapi kau tak pernah mampu menduga kedalamanya.
Kau kira fiksimini ialah kolam kecil, tapi kau tak pernah mampu menduga kedalamanya.
Diktum Fiksimini 13:
Di ujung kisahnya: kita seperti mendapati teka-teki abadi yang tak bertepi.
Di ujung kisahnya: kita seperti mendapati teka-teki abadi yang tak bertepi.
Diktum Fiksimini 14:
Pelan-pelan kau menyadari, ia sebutir debu yang mampu meledakkan semesta.
Pelan-pelan kau menyadari, ia sebutir debu yang mampu meledakkan semesta.
Diktum Fiksimini terakhir:
Lupakan semua diktum itu. Mulailah menulis fiksimini!
Lupakan semua diktum itu. Mulailah menulis fiksimini!