Sesunyi langit menelusuri pepuingan malam,
merasakan desir desah sang bayu menorehkan cinta.
Lalu kau bawa aku menerobos kembali ke masa lalu.
Udara,
manja suaramu berayun pada partikel-partikel embun di dalamnya,
yang terkadang dingin,
yang terkadang bersembunyi,
menyimpan tautan serupa danau, semesta air matamu.
Merenggangkan sunyi,
menelusuri hasta demi hasta,
tak pernah berarah kapal ini mengarungi misterimu.
Terkadang merotasi kemudi namun terkadang ingin beradu.
Hingga kau tenggelamkan hatiku pada langit segelap ini,
Tak hanya sekeping yang pernah membuaimu dengan gugusan kata-kata.
Tak hanya sebongkah lalu meringkih dalam pelukan dosa.
Tapi seluruhnya,
Dekapmu adalah ibu yang memelihara gugusan cahaya.
Berujar senja yang merebahkan lelahnya surya pada garis cakrawala
Hari selalu berujung seperti ini,
akan selalu membawamu pada serpihan-serpihan kenangan yang tak terwujud,
pun berwujud karena terlampau terbenam di dalam masa lalu.
Ketika tiba saatnya lidahmu menguntai tanya.
Jawaban itu merangkumkan rindu yang tak henti mendamba.
"Aku masih menyimpannya, sayang.
Dan hanya itu yang aku bisa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar